Rabu, 10 Oktober 2018

Faktor Penentu Waktu Panen

           Faktor-faktor penentu waktu panen ternak, tentunya akan tergantung kepada jenis ternak yang dipelihara dan tujuan pemeliharaannya. Pada pemeliharaan ternak ruminansia (sapi, kerbau, domba dan kambing), dibagi menjadi dua jenis pemeliharaan yaitu ternak ruminansia pedaging dan ternak ruminansia perah (susu). Untuk ternak ruminansia perah hasil yang di peroleh untuk di panen adalah susu dan anak yang dihasilkan.
          Pada ternak unggas, terbagi menjadi ternak unggas pedaging dan unggas petelur. Begitupun pada aneka ternak ada yang termasuk kelompok ternak penghasil daging, ternak penghasil telur, serta ternak yang dipelihara untuk kesenangan (hobi).
          Dari jenis-jenis ternak tersebut, tentunya akan mempengaruhiwaktu dan jenis produk ternak yang akan di panen.Namun pemanenan yang tepat waktu adalah pemanenan yang sesuai kondisi peternakan dan memberikan keuntungan optimal. Penentuan waktu panen yang tepat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti harga jual, lama
pemeliharaan, bobot yang dicapai, umur ternak dan kondisi kesehatan ternak.

1) Lama Pemeliharaan
   Lama pemeliharaan setiap ternak tentunya berbeda antara ternak yang satu dengan yang ternak lainnya tergantung jenis ternak yang dipeliharan dan tujuan pemeliharaannya.
a. Lama Pemeliharaan Broiler
   Pada pemeliharaan ayam broiler umumnya pemanenan dilakukan setelah dipelihara antara 4-6 minggu pemeliharaan.
Ketika memasuki umur 7-8 minggu pertambahan berat badan broiler/minggu mengalami kemerosotan. Pada saat itu terjadi ketidakseimbangan antara pertambahan bobot badan dengan pakan yang dikonsumsi. Jadi lebih menguntungkan apabila broiler dijual lebih awal. Pada pemeliharaan itik dan ayam kampong pedaging, lama pemeliharaan biasanya selama 70 hari pemeliharaan baru bias dipanen.
b. Lama Pemeliharaan Ayam petelur
   Pada peternakan ayam petelur,pemanenan telur pertama berkisar antara umur 5,5- 6 bulan.Ayam petelur mulai
berproduksi ketika mencapai umur 17-18 minggu. Pada umur tersebut, tingkat produksi telur baru mencapai sekitar 5% dan selanjutnya akan terus mengalami peningkatan secara cepat hingga mencapai puncak produksi yaitu sekitar 94-95% dalam kurun waktu ± 2 bulan (di umur 25 minggu).
Produksi telur diketahui telah mencapai puncaknya apabila selama 5 minggu berturut-turut persentase produksi telur sudah tidak mengalami peningkatan lagi. Sesuai dengan pola siklus bertelur, maka setelah mencapai puncak produksi, sedikit demi sedikit jumlah produksi mulai mengalami penurunan secara konstan dalam jangka waktu cukup lama (selama 52-62 minggu sejak pertama kali bertelur).
Laju penurunan produksi telur secara normal berkisar antara 0,4-0,5% per minggu. Pada saat ayam berumur
80 minggu, jumlah produksi telah berada di bawah angka 70% dan pada kondisi demikian bisa dikatakan ayam siap di afkir (HyLine Brown Management Guide, 2007).
c. Lama Pemeliharaan Itik petelur
   Pada peternakan itik petelur, itik mulai berproduksi atau bertelur rata-rata berumur sekitar 5 sampai 6 bulan. Dengan
perawatan yang baik maka itik akan dapat berproduksi telur selama 18 bulan dan setelah itu itik harus sudah diafkir karena kalau dipertahankan sudah tidak menguntungkan lagi dan harus diganti dengan itik-itik dara yang siap bertelur.
2) Harga Jual
    Ketidakstabilan harga jual ternak di pasar harus diperhatikan. Bila harga rendah sekali, harus dipertimbangkan kemungkinan memperpanjang periode pemeliharaan sampai batas waktu tertentu. Sebaliknya apabila harga baik atau tinggi, lebih baik mempersingkat periode pemeliharaan dengan melakukan pemanenan saat itu tanpa mempertimbangkan berat badan dan umur ternak, apabila sudah memenuhi persyaratan pasar.
Harga jual produk ternak pada posisi harga ter tinggi umumnya adalah pada saat menjelang dan sesudah hari besar keagamaan dan tahun baru.

3) Kondisi Kesehatan Ternak
   Terjangkitnya penyakit atau wabah pada usaha budidaya ternak dapat membuat peternak mengambil langkah untuk
memanen dan menjual ternak yang tersisa dari kematian, baik sebagian atau seluruhnya. Tindakan ini dilakukan tanpa mempertimbangkan umur, berat badan dan harga jual ayam.
Pertimbangannya bukan lagi mengejar perolehan keuntungan, namun dalam usaha menekan kerugian serendah-rendahnya akibat penyakit atau wabah yang sedang berjangkit.

4) Bobot Badan
     Faktor penentu waktu pemanenan ternak berdasarkan bobot badan ternak, biasanya di gunakan dalam pemeliharaan yang tujuannya untuk memproduksi daging seperti pada pemeliharaan ayam pedaging dan penggemukan ternak potong lainnya.
Bobot badan ternak biasanya di gunakan sebagai acuan untuk menentukan waktu panen ternak pedaging baik ternak unggas atau ruminansia dan monogastrik. Akan tetapi bobot badan bukan satu-satunya pertimbangan waktu panan ternak.
    Sebagi contoh pada pemeliharaan ayam pedaging, biasanya target bobot badan ayam saat dipanen adalah kurang dari 1,7 kg, sebagian besar dijual dengan berat badan mencapai 1,3-1,6 Kg. Faktor yang harus dipertimbangkan adalah kegemaran konsumen di suatu daerah atau keadaan.
    Pada daerah tertentu konsumen lebih suka ayam kecil dengan beratnya kurang dari 1 kg, sedangkan didaerah lain konsumen lebih suka ayam besar dengan berat 1,5-2 kg serta ada juga yang menyukai ayam dengan berat diatas 2 kg.
Secara umum, konsumen atau pangsa pasar ayam pedaging berdasarkan berat badan dapat dilihat pada Tabel berikut.
 Pangsa pasar konsumen ayam pedaging berdasarkanPangsa pasar konsumen ayam pedaging berdasarkan 
Sumber: Huda (2002)

5) Umur Ternak
    Umur ternak yang dijadikan faktor penentu waktu panen biasa digunakan pada penjualan ternak afkir, dan penjualan produksi anak ternak. Pada penjualan anak ternak biasanya umur yang digunakan adalah lepas sapih. Pada ternak sapi perah, penjualan pedet jantan sudah dapat dilakukan dilakukan pada umur 1,5-2 bulan. Penjualan induk afkir biasadilakukan pada umur 8-9 tahun (Nugroho 2008).
    Tetapi pada peternakan rakyat, sapi perah masih dipelihara hingga umur diatas 10 tahun.Pada peternakan domba/kambing anak ternak sudah dapat di panen pada umur lepas sapih (3 bulan). Sementara untuk penjualan induk afkir dapat dilakukan pada umur ternak mencapai 5 tahun atau lebih.Pada peternakan babi, anak babi yang telah lepas sapih biasanya disapih pada umur 8 minggu dan mencapai bobot rata-rata 20 kg, atau sudah berumur 5-6 bulan.

Senin, 08 Oktober 2018

Cara Melaksanakan Vaksinasi

Ada beragam cara untuk melaksanakan vaksinasi. Saat ini, metode yang lazim dilakukan di antarannya vaksinasi melalui mata, hidung, mulut, penyuntikan, pakan, minum, dan penyemprotan.

1. Tetes Mata (Intra-ocular)



http://www.duniaunggas.com/2018/07/28/cara-vaksin-ayam-joper-dan-broiler/
Vaksinasi tetes mata dilakukan dengan cara meneteskan vaksin ke mata ayam. Cara pelaksanaannya sebagai berikut.
  • Tuangkan pelarut ke dalam botol vaksin hingga terisi 2/3 bagian botol.
  • Tutup botol, lalu kocok secara perlahan hingga vaksin tercampur merata.
  • Ganti tutup botol dengan tutup botol untuk vaksin tetes mata.
  • Agar vaksin cepat habis, bagi vaksin menjadi 3-4 bagian yang dipakai secara bersamaan oleh vaksinator yang berbeda.
2. Melalui Mulut atau Cekok (Intraoral)
http://memelihara-ayam.blogspot.com/2013/02/cara-melakukan-vaksinasi-pada-ternak-ayam.html
 Pada metode vaksinasi mulut, vaksin diumpankan ke ayam melalui mulutnya dengan cara dicekok. Pelaksanaan vaksinasi ini sama dengan cara vaksin melalui air minum. Perbedaannya, vaksinasi dilakukan pada ayam secara individu sehingga setiap ayam mendapatkan dosis vaksin yang sama.
Contohnya, 1.000 ekor ayam akan dicekok 0,5 cc/ekor, sehingga air yang diperlukan sebanyak 500cc. Satu vil vaksin (dosis untuk 1.000 ekor) diampur dengan air akuades hingga 2/3 volume botol vaksin dan diaduk hingga tercampur merata. Setelah dituangkan ke dalam 500cc akuades. Larutan vaksin diaplikasikan melalui mulut atau dicekok.
3. Suntik Daging (Intramuscular)
https://info.medion.co.id/index.php/artikel-broiler/artikel-pengobatan-vaksinasi/1692-vaksinasi-benar-untuk-produktivitas-maksimal
Vaksinasi suntik daging dilaksanakan dengan cara menyuntikkan vaksin ke dalam daging. Biasanya, penyuntikan dilakukan di bagian dada dan paha. Vaksin yang disutikkan bisa berupa vaksin yang masih hdup atau sudah mati. Cara pencampuran vaksin dan banyaknya air yang dibutuhkan untuk vaksin hidup sama seperti pada vaksinasi melalui mulut. Namun, tentu saja, vaksinasi dilakukan melalui jarum sunik. Adapun pelaksanaan vaksinasinya sebagai berikut.
  • Sebelum digunakan, kocok vaksin ecara hati-hati hingga tercampur merata.
  • Suntikkan vaksin ke daging dengan dosis sesuai anjuran.
  • Semua peralatan yang digunakan harus steril, baik ketika melakukan vaksinasi maupun setelah digunakan.
4. Suntik Bawah Kulit (Subcutaneous)
https://info.medion.co.id/?catid=0&id=1692
Vaksinasi suntik bawah kulit dilaksanakan dengan cara mentuntikkan vaksin di bawah kulit, biasanya di area sekitar leher. Pelaksanaannya sama dengan persiapan melakukan vaksinasi suntik daging. 
5. Melalui Air Minum (Drinking Water)

https://www.bigdutchmanusa.com/en/poultry-production/poultry-production/breeder-management/drinking/attachment/breeder-drinking-hero-2/
Pada vaksinasi melalui air minum, vaksin dituangkan ke dalam air yang disediakan untuk minum ayam. Air yang digunakan untuk melarutkan vaksin harus bersih dan bebas klorin. Peralatan yang harus dipakai harus bebas dari disinfektan lebih dari dua hari. Untuk memperpanjang umur vaksin, tambahkan 2-5 gram skim per liter air (tergantung dari kondisi air) ke dalam air.
Sebagai contoh, jumlah air yang digunakan untuk vaksinasi 1.000 ekor ayam yang berumur 7-4 hari adalah 10-14 hari adalah 10-20 liter. Sementara itu, ayam yang sudah dicampur dengan vaksin harus segera diberikan secara merata kepada ayam. Sebelum diberikan vaksin, ayam harus dipuasakan selama 1 jam. Disamping itu, tempat minum ayam harus terhindar dari sinar matahari langsung. 
6. Penyemprotan (Spray)
https://sidikprasojo.wordpress.com/2011/07/07/notes-from-thai-4/
Vaksinasi dengan cara penyemprotan sering digunakan untuk memberikan vaksin kepada ayam yang baru berumur satu hari. Sebelum ayam tersebut dimasukkan ke dalam kandang pemanas, alat semprot yang akan digunakan harus sudah terpasang sehingga boks ayam bisa langsung dimasukkan ke dalam kotak sprayer. Setelah semua peralatan siap, vasinasi segera dilaksanakan dengan cara menyemprotkan vaksin sebanyak 1-2 kali. Aplikasi vaksinasi untuk ayam besar dilakukan dengan menggunakan sprayer khusus. Aplikasi ini akan lebih efektif jika dilakukan di lingkungan yang terkontrol atau tidak banyak angin. 
7. Tusuk Sayap (Wing web)
http://www.haziqfarm.com/2017/08/vaksinasi-benar-untuk-produktivitas.html
Vaksinasi tusuk sayap dilaksanakan dengan cara menusukkan jarum di sekitar selaput sayap ayam dari arah bagian dalam sayap. Cara melarutkan vaksin metode ini sama dengan cara melarutkan vaksin melalui tetes mata. Pelarut yang digunakan biasanya pelarut khusus untuk vaksinasi melalui tusuk sayap. Alat yang dipakai dalam vaksinasi ini berupa jarum bercabang dua. 
8. Melalui Pakan (Feeding)
http://layer-broiler-buras.blogspot.com/2017/05/
Vaksinasi melalui pakan dilaksanakan dengan cara mencampurkan vaksin ke dalam pakan ayam. Cara ini biasanya digunakan untuk pengaplikasian vaksin cocci. Pakan yang dipakai harus bebas dari preparat anticocci (amprolium, sulfaquinoxaline, dan preparat sulfa lainnya). Cara pelaksanaannya, vaksin dicampur ke dalam pakan, lalu diberikan kepada ayam. Tempat pakan yang dipakai untuk vaksinasi adalah tempat makan ayam.

Minggu, 07 Oktober 2018

Vaksinasi Ayam


Program vaksinasi merupakan salah satu cara yang paling sering digunakan untuk mencegah timbulnya penyakit di suatu kawasan ayam.

A. Tipe Vaksin
1. Vaksin virus hidup (live vaccine)
Virus dalam vaksin masih hidup dan memiliki kemampuan yang lengkap untuk menghasilkan kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit sehingga bisa menyangkal penyakit yang menyerang tubuh ayam.

2. Vaksin yang dilemahkan (attenuated vaccine)
Vaksin dibuat dengan cara melemahkan organisme aktif, sehingga ketika diberikan kepada ayam akan menghasilkan kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit dalam bentuk yang lebih ringan

3. Vaksin yang dimatikan (killed vaccine)
Organisme yang digunakan untuk menghasilkan vaksin telah dimatikan dan tidak memiliki kemampuan untuk menularkan penyakit kepada ayam. Namun memiliki kemampuan untuk memproduksi antibodi ketika vaksin digunakan.

B. Cara Melakanakan Vaksinasi
1. Tetes mata (Intra Occular)
2. Tetes hidung (Intra Nassal)
3. Melalui mulut (cekok/oral)
4. Suntik daging (Intramuscular)
Vaksinasi dilaksanakan dengan cara menyuntikkan vaksin kedalam daging, biasanya bagian dada atau paha. Vaksin yang di suntikan bisa berupa vaksin live atau vaksin killed.
5. Suntik bawah kulit (Subcutanneos)
    Vaksin di lakukan dengan cara menyutikan vaksin di bawah kulit, biasanya disekitar leher.
6. Melalui Air Minum (Dringkin water)
7. Penyemprotan (Spray)
8. Tusuk Jarum (Wing web)
9. Melalui Pakan (feeding)

C. Faktor-faktor yang harus diperhatikan saat Melaksanakan Vaksinasi
1. Kondisi ayam
2. Jadwal Vaksin
3. Laporan Kegiatan Vaksin

D. Menghidari faktor-faktor yang bisa mematikan vaksin
1. Sinar matahari
2 Panas, dengan berbagai sebab
3. Detergen dan desinfektan
4. Cara pencampuran tidak teratur
5. Pelaksanaan vaksinasi tidak sesuai prosedur
6. Penyimpanan tidak sesuai dengan rekomendasi produsen vaksin

E. Perlakuan Pasca Vaksinasi
1. Memberikan vitamin selama 3-5 hari, tergantung kondisi ayam
2. Memusnahkan bekas vaksin. Botol atau bekas vaksin lainnya di rebus atau di bakar

Jumat, 05 Oktober 2018

Merencanakan Kebutuhan Air Minum Pada Unggas

            Fungsi air adalah sebagai pelarut universal, untuk metabolisme dalam tubuh serta dapat menjadi media tumbuhnya bibit penyakit dan sarana penularan suatu penyakit.
Hal yang perlu diperhatikan :

https://www.ayamkampungku.com/menejemen-chick-in-ayam-kampung
A. Kualitas Air Minum
Kualitas air minum meliputi 3 aspek yaitu fisik, kimiawi dan mikrobiologi. Indikator yang diguanakan yakni sebagai berikut :
  • Warna air  : tidak berwarna, tidak berbau dan tidak berasa
  • Kekerasan air  : tidak mengandung garam, kalsium dan magnesium yang terlalu tinggi, karena dapat menimbulkan kerak air yang bisa merusak saluran air di dalam kandang
  • Kandungan nitrogen  : Unsur nitrogen yang berlebihan pada air menunjukkan bahwa air tersebut berasal dari sawah atau ladang yang menggunakan pupuk berlebihan (kandungan nitrat yang tinggi membahayakan bagi ayam)
  • Tingkat Keasaman air (pH)  : pH yang cocok bagi ayam berkisar 6,8 - 7,2. Jika pH air > 7,2 kandungan magnesium dan calcium harus diperiksa
  • Kandungan belerang, dapat dideteksi dari bau yang menyengat. Kandungan belerang yang tinggi dapat menyebabkan pendarahan dibawah kulit dan penggumpalan cairan 
  • Kekeruhan Air, air yang keruh mengandung kolodial yang dapat menyebabkan air mudah rusak dan tidak disukai ayam
  • Keberadaan bakteri (air diberi khlor)
  • Suhu air (20-24)
pemeriksaan kualitas air mencakup pemeriksaan bakteriologi (jumlah bakteri e. Coly) dan non bakteriologi (bau, rasa, kejernihan, pH, klorida, nitrat, nitrit, magnesium, NaCl dan kesadahan).

B. Kebutuhan Air Minum
konsumsi air minum ayam pada suhu lingkungan normal 1,6 - 1,8 kali dari konsumsi pakan dan pada musim kemarau dapat mencapai 2,75 kali dari konsumsi pakan.
faktor yang mempengaruhi kebutuhan air minum :
    • Konsumsi mineral : banyaknya garam yang dikonsumsi berpengaruh terhadap kebutuhan air minum (menaikkan konsumsi air dan kandungan air pada feses)
    • Tipe kandang, ayam yang dipelihara pada kandang baterai konsumsi airnya lebih banyak dibanding dengan kandang postal
      • Suhu tubuh ayam, semakin banyak air yang hilang ayam akan semakin banyak mengkonsumsi air (40% air hilang dari tubuh ternak melalui pernapasan)
      • Sumber protein pakan, penggunaan bungkil kedelai dan tepung ikan pada pakan akan menyebabkan kenaikan konsumsi air minum 
      C. Kebutuhan Tempat Minum
      Pada masa pemeliharaan awal, 1 buah tempat minum bundar (ukuran 2 galon), untuk 75 DOC, sedangkan tempat minum berbentuk panjang 1 ekor memerlukan 3,5cm. Pada masa pemeliharaan akhir 1 buah tempat minum manual bundar/galon untuk 11 - 14 ekor ayam.

      Kamis, 04 Oktober 2018

      Hal - hal yang Perlu di Perhatikan dalam Pemberian Pakan

                  Dalam pemberian pakan pada unggas pedaging ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar pencapain yang didapat bisa optimal. Setiap fasenya pada unggas pedaging memiliki perbedaan dalam hal pemberian pakannya, dan hal-hal yang perlu diperhatkan dalam pemberian pakan pada setiap fasenya adalah sebagai berikut.

      A. Fase Starter


      http://www.bptu-sembawa.net/id/artikel/223
      Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian pakan pada anak ayam :
      1. Umur 0-7 hari, pakan ditempatkan di baki (chick feeder tray), sebanyak 2-3 genggam per baki dan jika menggunakan kardus bekas DOC diisi 4-6 genggam, atau diperkirakan pakan akan habis dalam waktu 2 jam
      2. Umur 7 hari sebagian tempat pakan bundar dan digantung (hanging feeder) secara bertahap. Pada hari ke 14 tempat pakan sudah diganti semua dengan tempat pakan 2-2,5cm diatas permukaan punggung ayam.
      3. Pemberian pakan dilakukan sedikit demi sedikit untuk merangsang nafsu makan semaksimal mungkin.
      4. Jika pakan yang tersisa di tempat pakan berupa tepung, maka pakan harus segera ditambah (tidak boleh terlambat)
      5. Sisa pakan yang berupa tepung dikumpulkan menjadi satu dan diayak. Tepung hasil ayakan tidak boleh dibuang kelantai kandang tapi harus dibakar atau dibawa keluar jauh dari kandang.
      6. Tembolok harus selalu penuh dan saat malam jangan sampai ayam bergerombol > 30 ekor dipinggir kandang
      7. Jumlah pakan yang dikonsumsi pada minggu 1 akan menentukan berat badan dan daya tahan tubuh di minggu-minggu berikutnya

      B. Fase Finisher


      http://alatternakayam.com/articles/kandang/konstruksi-yang-tepat-untuk-kandang-ayam-broiler/
      Hal yang perlu diperhatikan pada pemberian pakan ayam dewasa :
      1. Saat ayam umur 21 hari dan seterusnya hindari pemberian pakan pada saat panas, dengan tujuan untuk mengurangi stres akibat panas
      2. Jika pada pukul 11.00 - 14.00 cuaca panas, sebaiknya tembolok ayam dalam keadaan kosong. Hal ini dapat dilakukan dengan mengangakat tempat pakan sehingga tidak terjangkau oleh ayam. Pemberian pakan boleh dilakukan kembali bila cuaca dalam keadaan sejuk
      3. Hindarkan atau minimalkan terjadinya pakan yang tercecer dilantai kandang

      Selasa, 02 Oktober 2018

      Merencanakan Pemberian Pakan Pada Unggas

                 Harapan peternak dalam melakukan usaha ternak unggas pedaging adalah dapat menghasilkan ternak unggas pedaging yang sehat dengan pertambahan bobot badan yang optimal. Hal ini dapat dicapai , jika ternak memperoleh pakan yang berkualitas dan dalam jumlah yang cukup.

      Berikut adalah beberapa aspek yang perlu dipertimbangkan dalam merencanakan kebutuhan pakan :

      A. Kualitas Pakan
      http://seputarpertanianoke.blogspot.com/2016/01/membuat-pakan-alternatif-untuk-ayam.html
      mencakup kandungan dan keseimbangan nutrisi terutama protein dan kandungan energi, serta kondisi fisik pakan. 
      Kandungan nutrisi pakan (pakan berkualitas), apabila mampu memberikan seluruh kebutuhan nutrisi secara tepat baik jumlah, jenis maupun imbangan nutrisi.
      B. Kebutuhan Pakan
      https://unsurtani.com/2017/11/kebutuhan-pakan-untuk-ayam-kampung
       Identifikasi kebutuhan pakan dapat dihitung melalui pendekatan konsumsi pakan,jenis pakan, jumlah ternak yang dipelihara dan tujuan pemeliharaan atau lama pemeliharaan
      C. Kebutuhan Tempat Pakan
      .bp.blogspot.com/Tempat+pakan+komplit.jpg
      Tempat pakan yang tidak sesuai dengan populasi ayam yang dipelihara akan mengakibatkan terjadinya saling berebut antara masing-masing ternak (kompetisi), yang akhirnya akan terjadi ayam yang lebih besar saja yang mendapat pakan cukup, sementara yang lain tidak kebagian dan buntutnya keseragaman bobot badan tidak tercapai. Luas permukaan tempat pakan dengan sistem talang (memanjang) untuk setiap ekor ayam broiler yang berumur 5-7 minggu adalah 5-7,6 cm, sedang untuk tempat pakan berbentuk tabung (diameter 38 cm) atau kapasitas 5 kg, satu buah tempat pakan model tabung dapat dipakai 30-35 ekor ayam. Tempat pakan harus dijaga agar tidak mudah rusak, dipelihara kebersihannya dan jangan sampai kosong tidak berisi, karena hal ini akan memberi peluang ayam tidak kebagian pakan atau meningkatkan kompetisi antar ayam untuk memperoleh pakan.
      D. Penyimpanan Pakan
      http://3.bp.blogspot.com/corn-Warehouse1.jpg
      Masa simpan pakan ayam paling lama 2-3 minggu. Hal yang perlu diperhatikan dalam penyimpanan pakan agar kualitasnya tetap stabil adalah sebagai berikut :
      • Lantai gudang berada lebih tinggi dari tempat sekitar
      • Sekitar gudang perlu dibuat saluran air
      • Dinding gudang terbuat dari bahan yang kedap air
      • Lantai terbuat dari semen
      • Ruang gudang harus ada ventilasi untuk sirkulasi udara
      • Jumlah pakan yang disimpan tidak melebihi kapasitas gudang penyimpanan
      • Kadar air pakan tidak lebih dari 14% 
      • Pakan harus dikemas dengan karung plastik
      • pakan disimpan dalam ruang yang sejuk, kering, tidak lembab, sirkulasi udara baik dan tidak terkena sinar matahari langsung 
      • Tumpuakan pakan tidak terlalu tinggi, tidak langsung menyentuh lantai (menggunakan pallet sebagai alas dengan ketebalan 10-15 cm) dan tidak menempel atau menyandar ke dinding
      • Penerapan managemen penggunaan pakan dengan sistem FIFO (first in first out), yaitu pakan yang datang pertama digunakan pertama kali

      Pola Pemberian Pakan Pada Unggas

                Biaya pakan pada usaha budidaya unggas khususnya pada ayam pedaging mencapai 70% dari total biaya produksi, oleh karena itu peternak tidak boleh berspekulasi dengan kualitas pakan dan pemanfaatan pakan (harus efisien).

      http://alatternakayam.com/articles/ayam/tips-pengaturan-pakan-dan-minum-yang-tepat-pada-peternakan-ayam-broiler/

                Pada periode starter danfinisher dilakukan pemberian pakan dengan metode adlibitum, yaitu metode pemberian pakan dengan cara ayam makan sepuasnya (selalu tersedia).
      berdasarkan periode pemeliharaan dan jenis pakan yang digunakan, pola pemberian pakan pada ayam broiler dapat dibedakan menjadi 3, yaitu :
      • One feed system, yaitu pola pemberian pakan yang digunakan semenjak DOC datang hingga panen menggunakan pakan starter (0-35 hari)
      • Two feed system, yaitu pola pemberian pakan dengan menggunakan pakan starter (umur 0-21 hari) dan pakan finisher (umur 22-35 hari). Selama pemeliharaan menggunakan 2 jenis pakan.
      • Three feed system, merupakan pola pemberian pakan yang dilakukan pada 3 periode, yaitu starter (umur 0-14 hari), grower (umur 15-28 hari) dan finisher (umur 29-35 hari).
      Secara teknis pencapaian konsumsi pakan (feed intake) standar dapat diupayakan dengan melakukan beberapa pendekatan :
      • frekwensi pemberian pakan 7-9 kali sehari
      • Kebersihan tempat pakan dan minum
      • Ketercukupan tempat pakan dan minum
      • Tercapainya temperatur ideal
      • Waktu pelebaran brooding ring yang tepat

      Faktor Penentu Waktu Panen

                 Faktor-faktor penentu waktu panen ternak, tentunya akan tergantung kepada jenis ternak yang dipelihara dan tujuan pemeliharaan...